BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bioteknologi
Bioteknologi dari asal katanya sendiri, yaitu bio artinya hidup atau organisme hidup
dan kata teknologi artinya suatu cara atau teknik. Kata bioteknologi
mulai muncul pada tahun 1917 dari seorang ilmuan asal Hungaria yang bernama
Karl Ereky untuk menjelaskan penggunaan gula bit hasil fermentasi sebagai pakan
ternak babi. Pemberian gula bit dapat meningkatkan produksi ternak babi. Cara
ini, disebut bioteknologi karena menggunakan gula bit dari hasil fermentasi.
Namun pada saat itu, orang belum tertarik untuk memahami istilah bioteknologi.
(Fahruddin, 2010: Hal 13)
pada tahun 1961 Carl
Goran Heden ahli mikrobiologi menerbitkan jurnal ilmiah Biotechnology and
Bioengineering, banyak mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya dalam
jurnal tersebut yaitu mengenai pemenfaatan jazad hidup dalam mengahasilkan
berbagai bahan untuk kebutuhan manusia, kemudian muncul definisi bioteknologi
yang diartikan sebagai pemanfaatan jazad hidup dalam industri untuk
menghasilkan barang dan jasa. (Bioteknologi Lingkungan Fahruddin, 2010: Hal 13)
Pada prinsipnya definisi
tentang bioteknologi pada umumnya mengkaitkan pada kegiatan mikroba, sistem dan
proses biologi, dengan produksi barang dan jasa atau yang mengkaitkan aktivitas
biologis dengan proses tehnik dan produksi dalam industri. Untuk lebih ringkasnya
bioteknologi adalah ilmu terapan biologi yang melibatkan disiplin ilmu
mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika untuk menghasilkan produk dan
jasa. Organisme yang digunakan dalam bioteknologi paling sering adalah mikroba
seperti bakteri, kapang dan yeast (ragi). (Fahruddin, 2010: Hal 13)
B. Sejarah bioteknologi
Istilah
bioteknologi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang
insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam
skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya (Suwanto,
1998). Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio'yang berarti makhuk hidup
dan 'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua
kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan
bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa
yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup,sel,bagian dari organisme
hidup,dan analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa. Selama ini,kita melihat begitu pesat
perkembangan bioteknologi di berbagai bidang. Pesatnya perkembangan
bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dimuka bumi.
Hal ini dapat dipahami mengingat
bioteknologi menjanjikan suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan
manusia,mulai dari bidang pertanian,peternakan dan perikanan hingga kesehatan
dan pengobatan Bioteknologi tidak hanya berkembang pada akhir–akhir ini saja.
Bioteknologi telah dimanfaatkan sejak ribuantahun yang lalu,di segala bidang,seperti
industry pangan,obat–obatan,pertanian,kesehatan,dan pengelolaan lingkungan Di
masa lalu,bioteknologi dilakukan secara sederhana. Perkembangan yang pesat baru
terjadi setelah diketahui mikroorganisme melakukan fermentasi yang dipelopori
oleh LOUIS PASTEUR sehingga beliau mendapat julukan
sebagai bapak bioteknologi .
Perkembangan bioteknologi secara
modern terjadi setelah penemuan struktur DNA sekitar tahun 1950 yang diikuti
dengan penemuan–penemuan lainnya. Penemuan ekspresi gen,enzim pemotong DNA,menciptakan
DNA rekombinan dengan menggabungkan DNA dari dua organisme yang berbeda , dan
cloning merupakan contoh bioteknologi modern . Bioteknologi modern merupakan
bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau rekayasa DNA ( gen ) , selain
memanfaatkan mikrobiologi dan biokimia
C. Perkembangan Bioteknologi
Bioteknologi, dari awal penerapannya sampai dengan
tahun 1857, disebut era bioteknologi
non-mikrobiol. Karena pada masa itu belum diketahui kalau fermentasi
dilakukan oleh makhluk hidup. Produk lain dari bioteknologi non-mikrobiol
antara lain: anggur, bir, roti, keju, yoghurt, susu masam, sake, dan sebagainya
(Sutarno, 2000: 7.6).
Bioteknologi dimensi baru (bioteknologi mikrobiol dimulai sejak tahun 1957 setelah Louis
Pasteur mengetahui kalau fermentasi, merupakan proses yang dilakukan oleh
makhluk hidup (Lee, 1983). Produk hasil fermentasi bioteknologi era mikrobiol
antara lain: tembakau, teh dan coklat yang difermentasikan (Sutarno, 2000:
7.5).
Pada
tahun 1920, proses fermentasi yang ditimbulkan oleh mikroorganisme mulai
digunakan untuk memproduksi zat-zat seperti aseton, butanol, etanol dan
gliserin. Feremtasi juga digunakan untuk memproduksi asam laktat dan asam
asetat (Apeldoorn,1981).
Setelah Perang Dunia II, dihasilkan produk
bioteknologi lain yaitu penisilin, dan diikuti oleh peningkatan penelitian
mikroorganisme lain yang juga dapat menghasilkan antibiotik dan zat-zat lain
seperti vitamin, steroid, enzim, dan asam amino (Sutarno, 2000: 7.5).
Produksi antibiotik membawa serta perbaikan di
bidang teknologi fermentasi, karena dapat menciptakan kondisi suci hama, dalam
arti mampu mengendalikan lingkungan fermentasi sedemikian rupa, sehingga dalam
lingkungan fermentasi tidak ada jenis mikroba lain selain mikroba yang
digunakan untuk fermentasi itu. Dengan demikian, mikroba tersebut dapat tumbuh
subur dan menghasilkan antibiotik secara optimum (Rehm, 1981).
Perkembangan yang pesat di bidang biologi molekuler
dan biologi seluler dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, sepenuhnya menjadi
dasar ilmiah utama untuk perkembangan teknologi mutakhir. Teknologi enzim dan
rekayasa genetic mengantarkan ke suatu bioteknologi dimensi baru, yang
berkembang dengan sangat pesat. Era ini kemudian disebut era bioteknologi modern, sedangkan dua era sebelumnya sering disebut
sebagai era bioteknologi tradisional (Apeldoorn, 1981).
Penemuaan rekayasa genetika melalui teknologi
rekombinan DNA (deoxyribose nucleic acid = asam deoksiribonukleat/ADN, yang
terjadi pada tahun 1973 bertanggung jawab atas terjdinya perkembangan bioteknologi
yang demikian pesat. Teknik ini tidak hanya memberikan harapan dapat
disempurnakannya proses proses dan produk saat ini, tetapi diharapkan juga
mampu mengembangkan produk baru yang sebelumnya (dalam bioteknologi
tradisional) diperkirakan tidak mungkin dibuat dan memudahkan realisasi
proses-proses lain yang baru pula (Sutarno, 2000: 7.6).
Tidak perlu diragukan bahwa teknologi rekombinan
ADN merupakan penyebab utama ketenaran bioteknologi pada saat ini. selain itu,
harus ditekankan bahwa teknologi rekombinan juga merupakan hal yang sangat
penting untuk perkembangan aktivitas dalam bidang lain yang esensial dan juga
untuk perkembangan bioteknologi. Subjek paling penting yang dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi rekombinan ADN dalam bidang bokatalisator meliputi
isolasi, imobilisasi dan stabilisasi enzim, serta mobilisasi dan stabilisasi
mikro organism sebagai makhluk dan sebagai sel individual. Teknologi rekombinan
ADN juga berpengaruh dalam bidang imunologi, terutama dalam pembuatan antibodi
monoklonal, dalam teknologi fermentasi, dalam produksi, pengolahan limbah dan
bioelektrokimia (Sutarno,2000: 7.6).
D.
Macam-macam
Bioteknologi
Bioteknologi dibedakan
menjadi bioteknologi konvesional dan bioteknologi modern.
1.
Bioteknologi Tradisional
dan Konvesional
Aplikasi bioteknologi
secara tradisonil, yaitu bioteknologi yang belum mengenal adanya istilah
genetika dan kloning. Bioteknologi ini seperti yang telah dicontohkan di atas,
adalah berupa pemanfaatan mikroba dalam fermentasi, seleksi atau persilangan
tradisional dibidang pertanian dan peternakan untuk mencari bibit unggul.
Selain pemanfaatan mikroba dengan menghasilkan produk, bioteknologi tradisinal
juga termasuk dalam tehnik seleksi di bidang pertanian dan peternakan : yaitu
pemilihan sifat yang sesuai dengan keinginan manusia melalui hibridisasi
dengan tujuan memperbaiki keturunan
(Fahruddin, 2010: Hal 14).
Prinsip bioteknologi
konvensional pada dasarnya untuk pemenuhan kebutuhan dalam jumlah yang banyak
dengan menggunakan metode tebaru untuk mengembangkan produk (Fahruddin, 2010:
Hal 14).
2.
Bioteknologi Modern
Prinsip bioteknologi
modern lebih banyak menggunakan sumber genetik yakni DNA organism yang telah
dimanipulasi dan disebut rekayasa genitika. Bioteknologi modern juga disebut
bioteknologi generasi kedua, berkembang setelah perang Dunia Kedua dengan
memanfaatkan organisme hasil rekayasa genetika, agar proses pengubahan dapat
berlangsung secara lebih efiesien dan efekti. Secara sederhana rekayasa
genetika dapat diterangkan sebagai tehnik untuk menghasilkan molekul DNA yang
berisi gen baru sesuai yang diinginkan dengan mengubah atau menambah molekul
DNA pada gen (Fahruddin, 2010: Hal 15).
Prinsip dasar rekayasa
genitika sebagai berikut:
a)
DNA Rekombinan
Teknik DNA rrekombinan
dilakukan dengan pengubahan susunan DNA sehingga diperoleh susunan DNA baru
yang mampu mengekspresikan sifat-sifat yang diinginkan. Teknik ini digunakan
untuk menghasilkan organism transgenik. Proses DNA rekombinan ini meliputi
isolasi DNA, transplantasi gen atau DNA, dan memasukkan DNA ke dalam sel hidup
(Kusumawati, 2012: 171).
b)
Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma disebut
juga teknologi hibrodoma yang dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari
jaringan yang sama atau dua sel dari organism yang berbeda dalam suatu medan listrik.
Teknik ini diguakan untuk menghasilkan organisme transgenik. Prinsip dari fusi
protoplasma adalah menggabungkan kedua isi sel dengan terlebih dahulu
menghilangkan dinding sel atau membrane sel dari kedua sel yang akan
digabungkan dalam suatu medan listrik. Teknik ini dapat dilakukan pada sel
tumbuhan maupun hewan (Kusumawati, 2012: 173).
c)
Kultur Jaringan
Kultur jaringan
merupakan teknik perbanyakan tanaman secra vegetative buatan yang didasarkan
pada sifat totipotensi tumbuhan. Prinsip kultur jaringan dalah menumbuhkan
jaringan maupun sel tumbuhan dalam suatu media buatan secara antiseptic. Dalam
teori tersebut dikatakan bahwa setiap sel tumbuhan mempunyai kemampuan untuk
tumbuh menjadi individu baru apabila sitempatkan pada lingkungan yang sesuai.
Sifat individu baru yang dihasilkan sama persis dengan sifat induknya
(Kusumawati, 2012: 173).
Bagian tumbuhan yang
ditumbuhkan dalam media kultur disebut eksplan. Eksplan yang sering digunakan
merupakan bagian tumbuhan yang memiliki sel-sel yang aktif membelah seperti
ujung akar dann ujung batang. Potongan bagian tumbuhan yang ditanam pada media
kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus merupakan massa sel yang belum
terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang menjadi tanaman lengkap uyang
disebut plantlet (Kusumawati, 2012: 173).
Media kultur jaringan
yang digunakan biasanya berupa gar-agar yang ditambah dengan unsur hara dan
vitamin yang dibutuhankan oleh tumbuhan media tersebut juga dapat ditambah
dengan hormon pertumbuhan, misalnya auksin dan sitokinin. Auksin akan memicu
pertumbuhan akar, sedang sitokinin akan memicu pertumbuhan tunas. Komposisi
kultur jaringan tergantung pada spesies tumbuhan yang akan diperbanyak
(Kusumawati, 2012: 173).
d)
Kloning
Kloning atau
transplantasi atau pencangkokan nukleus digunakan untuk menghasilkan individu
yang secara genetic identik dengan induknya. Proses kloning dilakukan dengan
cara memasukkan inti sel donor ke dalam sel telur yang telah dihilangkan inti
selnya. Selanjutnya, sel telur tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia
untuk memacu pembelahan sel. Ketika klon embrio telah mencapai tahap yang
sesuai, embrio dimasukkan ke dalam rahim hewan betina lainnya yang sejenis.
Hewan tersebut selanjunya akan mengandung embrio yang ditanam dan melahirkan
anak hasil kloning. Contoh hewan hasil kloning adalah domba Dolly (Kusumawati,
2012: 174).
e)
Teknik Bayi Tabung
Teknik bayi tabung
bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang sulit memperoleh keturunan.
Pasangan suami istri tersebut sebenarnya mampu menghasilkan sel kelamin secara
normal. Namun, karena adanya faktor-faktor tertentu mengakibatkan proses
pembuahan tidak dapat menjadi misal tersumbatnya saluran telur (Kusumawati,
2012: 175).
Pembuahan yang dilakukan
pada teknik bayi tabung (fertilisasi in vitro) berada di luar tubuh
induk betina. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk embrio. Embrio
kemudian ditanam (diimplantasi) pada rahim pendonor. Embrio tersebut
selanjutnya tumbuh menjadi anak yang siap dilahirkan (Kusumawati, 2012: 175).
E.
Peranan Bioteknologi dalam
Kehidupan
1.
Bidang Pangan
Beberapa contoh bioteknologi tradisional di bidang
pangan misalnya, tempe dibuat dari kedelai menggunakan jamur Rhizopus,
tape dibuat dari ketela pohon dengan menggunakan Khamir Saccharomyces
cereviceae, keju dan yoghurt dibuat dari susu sapi dengan menggunakan
bakteri Lactobacillus. (Rachmawati, 2009: Hal 154)
2.
Bidang Pertanian dan Perternakan
Beberapa contoh aplikasi
bioteknologi modern dibidang pertanian sebagai berikut :
a.
Padi Transgenik
Teknologi DNA rekombinan
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman padi transgenik. Contoh tanaman
padi rojolele transgenik yang mampu mengekspresikan laktoferin dan tanaman padi
yang tahan terhadap cuaca dingin. Untuk mendapatkan tanaman padi yang tahan
terhadap cuaca dingin caranya dengan memasukkan gen tahan dingin dari hewan
yang hidup di tempat dingin ke dalam kromosom padi (Kusumawati, 2012: 179).
b.
Tembakau resistan
terhadap virus
Teknologi DNA rekombinan
juga dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman tembakau yang tahan tehadap
virus TMV (Tobacco Mozaic Virus). Teknologi tersebut dikembangkan oleh Beachy,
seorang ilmuan dari Universitas Washington (AS). Plasmid Ti digabung dengan gen
yang tahan terhadap penyakit TMV, kemudian dimasukkan ke dalam kromosom
tembakau. Kromosom tersebut kemudian diperbanyak melalui teknik kultur
jaringan. Hasil akhirnya adalah tanaman tembakau tahan terhadap infeksi virus
TMV (Kusumawati, 2012: 179).
c.
Bunga Anti layu dan Buah Tahan Busuk
Hormon pertumbuahan yang
mengakibatkan bunga menjadi layu adalah etilen. Kelayuan pada bunga terjadi
akibat adanya gen yang sensitif pada mahkota bunga. Jika gen tersebut diganti
dengan gen yang kurang sensitif, kelayuan pada bunga dapat ditunda. Dengan
metode ini telah dikembangkan anyelir transgenik yang mampu bertahan segar
selama 3 minggu. Sementara itu, anyelir normal hanya mampu bertahan selama 3
hari saja (Kusumawati, 2012: 179).
Hormon etilen juga merangsang pematangan buah. Jika
aktivitas gen penghasil etilen dapat dihambat melalui rekayasa genetika maka
buah akan tetap segar dalam waktu lama. Contohnya pada tomat Flavr Svr yang tahan busuk (Kusumawati,
2012: 179).
d.
Tanaman Kapas Anti serangga
Tanaman kapas trasngenik
antiserangga diperoleh dengan memasukkan gen delta endotioksin Bacillus thuringiensis kedalam tanaman
kapas melalui teknik DNA rekombinan. Selanjutnya, tanaman tersebut akan
memproduksi protein delta endotoksin. Protein ini akan bereaksi dengan enzim
yang diproduksi oleh lambung serangga. Reaksi ini mengubah enzim tersebut
menjadi racun. Dengan demikian, serangga yang memakan tanaman tersebut akan
mengalami keracunan kemudian mati (Kusumawati, 2012: 179).
Adapun contoh pemanfaatan
bioteknologi dalam bidang peternakan di antaranya sebagai berikut:
1)
Sapi Perah dengan Hormon
Manusia Teknologi DNA rekombinan mampu menyisipkan gen
laktoferin pada manusia yang memproduksi HLF (Human Lactoferin) pada sapi
perah. Dengan penyisipan ini akan dihasilkan sapi yang mampu memproduksi susu
yang mengandung laktoferin. Contohnya sapi Herman (Kusumawati, 2012: 180).
2)
Bovin Somatotropin (BST)
Teknologi
ini dilakukan dengan menyisipkan gen somatotropin sapi pada plasmid.
Escherichia coli untuk menghasilkan BST. BST yang ditambahkan pada makanan
ternak dapat meningkatkan produksi daging dan susu ternak (Kusumawati, 2012: 180).
3. Bidang
Kedokteran
a. Antibiotik
Pembuatan antibiotik
termaksud penerapan bioteknologi konvensional. Antibiotik adalah senyawa yang
dihasilkan oleh mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai penghasil antibiotik
di antaranya sebagai berikut:
1) Jamur Cephalosporium
sp. Menghasilkan antibiotik sefalosporin untuk membunuh bakteri yang kebal terhadap
antibiotik penisilin.
2) Bakteri Streptomyces
griseus menghasilkan antibiotik streptomisin untuk membunuh bakteri yang
kebal terhadap antibiotik penisilin dan sefalosporin.
3) Bakteri Penicillium
notatum dan Penicillium chrysogenum menghasilkan
antibiotik penisilin untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus (Kusumawati, 2012: 180)
b. Insulin
Insulin merupakan hormon
yang diproduksi oleh kelenjar pancreas dan berfungsi mengatur kadar gula dalam
darah. Melalui teknik rekayasa genitika, insulin dapat diproduksi dalam jumlah
banyak. Produksi insulin dibuat dengan mencangkokkan gen yang mengkode insulin
ke dalam plasmid bakteri. Bakteri dengan DNA rekombinan ini kemudian membelah
diri. Bakteri ini selanjutnya akan memproduksi insulin yang dibutuhkan.
Penyakit yang disebabkan oleh kekurangan insulin disebut diabetes mellitus.
Penyakit ini dapat diatasi dengan memberikan insulin ke dalam tubuh. Oleh
karena itu, insulin diperoleh dengan mengambil kelenjar pancreas dari hewan
untuk keperluan pengobatan diabetes melitus (Kusumawati, 2012: 180).
c. Vaksin Transgenik
Vaksin adalah siapan
antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk memicu terbentuknya sistem
kekebalan tubuh. Pembuatan vaksin dilakukan melalui teknik DNA rekombinan
dengan mengisolasi gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) dari
mikrobia yang bersangkutan. Gen tersebut kemudian disisipkan pada plasmid
mikrobia yang telah dilemahkan sehingga mikrobia ini menjadi tidak berbahaya
karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit, misal lapisan
lendirnya. Mikrobia yang disisipi gen tersebut akan membentuk antigen murni.
Mikrobia ini dapat dibiakkan dalam media kultur sehingga terbentuk antigen
murni dalam jumlah yang banyak. Apabila antigen ini disuntikkan kepada manusia,
sistem kekebalan tubuh akan membentuk antibody yang berfungasi melawan antigen
yang masuk ke dalam tubuh (Kusumawati, 2012: 181).
d.
Antibodi Monoklonal
Bioteknologi pembuatan
antibody monoclonal menggunkan prinsip fusi protoplasma. Fusi protoplasma
dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari jaringan yang sama atau dari dua
sel dari organism yang berbeda dalam suatu medan listrik. Fusi tersebut
menghasilkan sel-sel yang dapat menghasilkan antibodi sekaligus memperbanyak
diri secara terus-menerus seperti sel kanker yang dinamakan antibodi monoklonal
(Kusumawati, 2012: 182).
Pembuatan antibodi
monoklonal dapat dijelaskan sebgai berikut. Kelinci atau tikus terlebih dahulu
disuntik dengan antigen kemudian diambil limpanya (temat pembuatan limposit B).
Sel-sel limfosit B inin kemudian didifusikan dengan sel myeloma (sel kanker)
melalui elektrofusi. Elektofusi adalah fusi secara elektris dengan frekuensi
tinggi yang mengakibatkan sel-sel tertarik satu sama lain dan akhirnya
bergabung. Sel-sel hasil fusi kemudian diseleksi untuk diidentifikasi. Sel-sel
yang telah diseleksi kemudian diinjeksi ke tubuh hewan. Dalam tubuh hewan,
sel-sel gabungan tersebut akan membentuk antibodi. Sel gabungan tersebut juga
dapat dibiakkan di dalam media kultur
sehingga menghasilkan antibodi dalam jumlah banyak (Kusumawati, 2012: 182).
Antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mendeteksi kandungan
hormon korionik gonadotropin dalam urine wanita hamil. Dengan demikian,
antibodi monoklonal dapat digunakan untuk mengetahui adanya kehamilan. Antibodi
monoklonal juga dimanfaatkan untuk deteksi dini dan membunuh sel kanker
(Kusumawati, 2012: 182).
e.
Terapi Gen pada Penderita
Fibrosis Sistik
Penderita fibrosis sistik
mengalami kesulitan bernafas karena paru-paru terisi lender. Hal ini disebabkan
mutasi gen yang mengakibatkan tidak terbentuknya alfa-1-antitripsin (ATT).
Untuk mengatasi masalah tersebut dilakukan terapi gen untuk memperbaiki atau
mengganti gen-gen penyebab penyakit. Salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan mengisolasi gen yang mengkode ATT dari orang sehat untuk dimasukkan ke
dalam DNA virus. Selanjutnya, virus tersebut diidentifikasi pada paru-paru
pasien. Virus akan mentransfer gen pengode ATT yang dibawa dalam sel paru-paru
pasien. Dengan demikia, sel paru-paru pasien dapat membuat protein ATT dan
pasien dapat bernapas dengan lebih normal (Kusumawati, 2012: 183) .
4.
Bidang Lingkungan
Aplikasi bioteknologi di
bidang lingkungan digunakan untuk menangani pencemaran lingkungan. Pada proses pemurnian
logam. Bahan-bahan tambang yang diperoleh umumnya masih terikat dengan bijihnya
(kotoran). Untuk itu diperlukan bahan kimia untuk memurnikannya. Namun,
bahan-bahan kimia tersebut ternyata kurang efektif dalam memisahkan logam dari
bijihnya sehingga banyak sisa bahan tambang yang kemudian dibuang sebagai
limbah. Dengan menggunkan bakteri Thlobacillus
ferrooxidans, berbagai jenis logam dapat diambi dari cairan sisa
penambangan. Bakteri ini mampu mengoksidasi belerang yang mengikat berbagai
logam seperti tembaga, seng, dan uranium membentuk logam sulfida. Bakteri tidak
memanfaatkan logam-logam tersebut sehingga natinya logam akan dilepas ke air
dan dimanfaatkan oleh manusia. Dengan demikian, pencemaran lingkungan akibat
limbah penambangan dapat dikurangi dengan memanfaatkan peran mikroorganisme
(Kusumawati, 2012: 183).
Bioteknologi juga diterapkan untuk mengatasi pencemaran
akibat tumpahan minyak di laut. Tumpahan minyak tersebut dapat diatasi dengan
memanfaatkan bakteri Pseudomonas putida. Bakteri
tersebut mampu menguraikan ikatan hidrokarbon pada minyak bumi (Kusumawati,
2012: 183).
F.
Dampak dari
Penerapan Bioteknologi
1.
Dampak Positif
Bioteknologi dapat mengatasi
kekurangan bahan makanan (protein dan vitamin). Dengan bioteknologi, bahan
makanan dapat diproduksi secara lebih cepat tanpa memerlukan ruangan yang luas
(misal PST).
a.
Membantu mengatasi masalah kesehatan
dengan menyediakan obat-obatan untuk memberantas penyakit secara lebih murah.
b.
Menyediakan berbagai senyawa organik
seperti alkohol, asam asetat, gula, bahan makanan, protein, vitamin.
c.
Menyediakan energi, misalnya biogas.
d.
Memperbaiki lingkungan (misal
bakteri pencerna limbah)
e.
Mengatasi kesulitan memperoleh
keturunan (bayi tabung)
2.
Dampak Negatif
a.
Dampak pada Bidang Kesehatan
Produk rekayasa di bidang kesehatan ini memang
sudah ada yang menimbulkan berbagai masalah yang serius. Contohnya adalah
penggunaan insulin hasil rekayasa telah menyebabkan tigapuluh satu orang
mendinggal di negara inggris. Tomat Flavr Savr diketahuo mengandung gen
resisten terhadap antibiotik. Susu sapi yang disuntik dengan hormon BGH diduga
mengandung bahan kimia yang baru yang mempunyai potensi berbahaya bagi
kesehatan manusia.
b.
Dampak pada Bidang Sosial Ekonomi
Produk dari bioteknologi dapat merugikan petani
kecil. Penggunaan hormon pertumbuhan sapi (Bovine Growth Hormone) atau BGH
dapat meningkatkan produk susu dari sapi sampai 20 % hal tersebut akan
menggusur peternak yang kecil. Untuk itu , biotrknologi juga bisa menimbulkan
kesenjangan ekonomi.
c.
Dampak Bioteknologi terhadap lingkungan
Bioteknologi menimbulkan penyakit pada manusia,
hewan maupun tumbuhan, dan masalah bioteknologi terhadap lingkungan yakni
mengganggu ekosistem, terjadinya transfer sifat genetis batu ke spesies lainnya,
penurunan terhadap keragaman genetis, serta kemungkinan timbulnya serangga hama
yang baru.
d.
Dampak Bioteknologi terhadap Etika
Menyisipkan sebuah gen makhluk hidup lain
memiliki dampak etika yang serius. Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang
tidak berkerabat dianggap melangar hukum alam dan sulit diterima
masyarakat. Mayoritas orang dari negara America berpendapat bahwa prmindahan
gen itu tidaklah etis, 90% menentang pemindahan gen manusia ke hewan, 75%
menentang pemindahan gen hewan ke hewan yang lain.
Bahan pangan transgenik yang tidak berlabel
juga membawa konseksual bagi penganut agama tertentu. Penerapan hak paten pada
sebuah makhluk hidup hasil rekayasa merupaan pemberian gak pribadi atas makhluk
hidup. Hal tersebut sangat bertentagan dengan berbagai nilai nilai budaya yang
menghargai nilai intrinik makhluk hidup.
f.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Bioteknologi adalah pemanfaatan prinsip-prinsip ilmiah dengan menggunakan
makhluk hidup untuk menghasilkan produk untuk kepentingan manusia.
2.
Bioteknologi dibedakan
menjadi bioteknologi konvesional dan bioteknologi modern.
3.
bioteknologi secara
tradisonil, yaitu bioteknologi yang belum mengenal adanya istilah genetika dan
kloning
4.
bioteknologi modern adalah bioteknologi berdasarkan manipulasi atau rekayasa
DNA yang di lakukan dengan memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkan pada
organic yang berbeda, seperti bakteri tumbuhan dan hewan.
5.
Peranan bioteknologi
dalam kehidupan sehari-hari di antaranya:
a). Bidang pangan
contohnya tempe, kecap, yoghurt dll
b). Bidang pertanian contohnya padi
transgenic, Tembakau resistan terhadap virus. Bunga anti layu dan buah tahan busuk, Tanaman Kapas Anti serangga,
c). Bidang Kedokteran contohnya Antibiotik, insulin, vaksin
transgenik, antibody monoclonal,
d).Aplikasi bioteknologi di bidang lingkungan digunakan
untuk menangani pencemaran
lingkungan.
6. Dampak dari Penerapan Bioteknologi di antaranya
:
a).
Dampak Positif
1). Membantu mengatasi masalah kesehatan dengan menyediakan obat- obatan untuk memberantas penyakit secara
lebih murah.
2).
Menyediakan
berbagai senyawa organik seperti alkohol, asam asetat, gula, bahan makanan,
protein, vitamin.
3).
Menyediakan
energi, misalnya biogas.
5).
Memperbaiki
lingkungan (misal bakteri pencerna limbah)
6).
Mengatasi
kesulitan memperoleh keturunan (bayi tabung)
b).
Dampak Negaatif
1).
Di bidang kesehatan : penggunaan insulin
hasil rekayasa telah menyebabkan tiga puluh satu orang mendinggal di negara inggris.
Tomat Flavr Savr diketahui mengandung gen resisten terhadap antibiotik.
2). Di Bidang Sosial Ekonomi Penggunaan hormon
pertumbuhan sapi (Bovine Growth Hormone) atau BGH dapat meningkatkan produk
susu dari sapi sampai 20 %.
3). Bioteknologi terhadap lingkungan dapat menimbulkan
penyakit pada manusia, hewan maupun tumbuhan, mengganggu ekosistem, terjadinya
transfer sifat genetis batu ke spesies lainnya, penurunan terhadap keragaman
genetis, serta kemungkinan timbulnya serangga hama yang baru.
DAFTAR PUSTAKA
Faidah Rachmawati, Nurul Urifah, dan Ari Wijayati. 2009.
Jakarta: Ricardo Publishing and Printing
Fahruddin. 2010. Bioteknologi Lingkungan. Bandung:
Alfabeta.
Rohana Kusumawati, Muhammad Luthfi Hidayat. 2012. Klaten:
Intan Pariwara.
Sutarno, Nono. 2000. Biologi Lanjutan Umum
II. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar