Berlin
Bebas Karbondioksida 2050?
Dengan energi terbarukan dan energi yang
efisien, Berlin bisa turunkan emisi CO2 drastis hingga 2050. Demikian studi
Institut Potsdam tentang penelitian dampak perubahan iklim.
Berlin sekarang masih termasuk kota dengan
emisi CO2 tinggi. Ibukota Jerman
itu berada di posisi ke sebelas dalam daftar kota besar di seluruh dunia. Sebagian besar emisi saat ini
dihasilkan Beijing, Tokyo dan Seoul.
Sebuah badan peneliti di Institut untuk
Penelitian Iklim Potsdam (PIK) kini mengembangkan beberapa skenario untuk
mengurangi emisi di Berlin secara drastis, dan mengajukan beberapa usulan
tindakan yang kongkrit. Skenario itu diadakan berdasarkan penugasan dari badan
administrasi Senat Berlin. Menurut penelitian, hingga tahun 2050 Berlin dapat
mengurangi sedikitnya 85% emisi gas rumah kacanya. Ini jadi sumbangan bagi
upaya pembatasan pemanasan global sebesar dua derajat Celcius.
Jika Berlin berhasil, ini akan jadi isyarat
positif bagi kota metropolitan lainnya di dunia, kata direktur PIK Hans Joachim
Schellnhuber. "Jika ingin mencegah perubahan iklim yang berbahaya, maka
kita harus mengambil tindakan cepat dan tegas. Dalam hal ini kota-kota kini
punya tanggungjawab global," ditegaskan Schellnhuber.
Prof. Hans Joachim Schellnhuber
Kunci Sukses: Bangunan Efisien dengan
Fotovoltaik
Fritz Reusswig, yang mengepalai penelitian
pendapatnya serupa. Jika Berlin memutuskan untuk beralih ke sumber energi
alternatif, semua orang akan menikmati hasilnya, baik lingkungan hidup maupun
manusia, demikian Reusswig.
Bidang terpenting yang harus ditangani adalah
sektor perumahan, demikian pendapat ilmuwan. Dengan emisi setinggi hampir 50%,
daerah perumahan jadi sumber CO2 terbesar di Berlin. Di masa depan, bangunan
akan memakan energi jauh lebih sedikit jika dindingnya dilapisi penahan panas,
dan panas bagi pemanas dan air dihangatkan terutama dengan tenaga matahari dan
energi organik.
Di sektor listrik, ilmuwan menilai energi
matahari berpotensi terbesar di Berlin. Saat ini fotovoltaik baru sedikit digunakan di sekitar 320.000 bangunan
perumahan. Menurut penelitian, hingga 2050 perolehan energi dari matahari bisa
ditingkatkan 300 kali lipat, dibanding dengan tahun 2010. Kalau itu tercapai,
Berlin akan punya kelebihan listrik besar di musim panas. Tetapi menurut
ilmuwan, kelebihan ini bisa digunakan untuk memperoleh hidrogen dan metana,
lewat proses perubahan listrik menjadi gas. Di musim dingin, gas kemudian bisa
digunakan untuk penghangat.
Pemasangan instalasi fotovoltaik di atap
rumah
Menurut skenario ini, Berlin nantinya tidak
memerlukan lagi listrik dari batu bara coklat yang sangat merusak iklim. Selain
itu, di musim dingin listrik juga bisa diperoleh dari instalasi tenaga angin,
yang terutama diproduksi di daerah sekitar ibukota Jerman itu.
Sektor kedua terpenting untuk mewujudkan
Berlin yang bebas karbondioksida, adalah sektor lalulintas. Dalam hal ini yang
penting membuat jaringan lebih baik antar berbagai sistem lalulintas, dan
meningkatkan penggunaan mobil listrik.
Hemat Biaya dan Menguntungkan Ekonomi
2012 warga Berlin mengeluarkan biaya sekitar
3,2 milyar Euro bagi impor energi. Dengan adanya pengalihan ke pasokan energi
yang terbarukan, yang juga desentral dan efisien, pengeluaran bisa sangat
dikurangi. Demikian hasil studi.
Di samping itu, ilmuwan memperkirakan, dengan
pengalihan ke sumber energi yang ramah lingkungan, akan terbentuk lapangan
pekerjaan baru, yang juga berarti pemasukan pajak bagi pemerintah lokal. Dengan
cara itu, di sektor energi matahari saja akan diperoleh tambahan pemasukan
antara 67 dan 138 juta Euro per tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar