Istilah
bioteknologi untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang
insinyur Hongaria pada tahun 1917 untuk mendeskripsikan produksi babi dalam
skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya (Suwanto,
1998). Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio'yang berarti makhuk hidup
dan 'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari
paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989)
mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan
ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup,sel,bagian
dari organisme hidup,dan analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa.
Selama ini,kita melihat begitu pesat perkembangan bioteknologi di berbagai
bidang. Pesatnya perkembangan bioteknologi ini sejalan dengan tingkat kebutuhan
manusia dimuka bumi.
Hal ini dapat dipahami mengingat bioteknologi menjanjikan
suatu revolusi pada hampir semua aspek kehidupan manusia,mulai dari bidang
pertanian,peternakan dan perikanan hingga kesehatan dan pengobatan Bioteknologi
tidak hanya berkembang pada akhir–akhir ini saja. Bioteknologi telah
dimanfaatkan sejak ribuantahun yang lalu,di segala bidang,seperti industry pangan,obat–obatan,pertanian,kesehatan,dan
pengelolaan lingkungan Di masa lalu,bioteknologi dilakukan secara sederhana.
Perkembangan yang pesat baru terjadi setelah diketahui mikroorganisme melakukan
fermentasi yang dipelopori oleh LOUIS PASTEUR sehingga beliau mendapat julukan sebagai
bapak bioteknologi .
Perkembangan bioteknologi secara modern
terjadi setelah penemuan struktur DNA sekitar tahun 1950 yang diikuti dengan
penemuan–penemuan lainnya. Penemuan ekspresi gen,enzim pemotong DNA,menciptakan
DNA rekombinan dengan menggabungkan DNA dari dua organisme yang berbeda , dan
cloning merupakan contoh bioteknologi modern . Bioteknologi modern merupakan
bioteknologi yang didasarkan pada manipulasi atau rekayasa DNA ( gen ) , selain
memanfaatkan mikrobiologi dan biokimia
Bioteknologi dari asal katanya sendiri, yaitu bio artinya hidup atau organisme hidup
dan kata teknologi artinya suatu cara atau teknik. Kata bioteknologi
mulai muncul pada tahun 1917 dari seorang ilmuan asal Hungaria yang bernama
Karl Ereky untuk menjelaskan penggunaan gula bit hasil fermentasi sebagai pakan
ternak babi. Pemberian gula bit dapat meningkatkan produksi ternak babi. Cara
ini, disebut bioteknologi karena menggunakan gula bit dari hasil fermentasi.
Namun pada saat itu, orang belum tertarik untuk memahami istilah bioteknologi.
(Fahruddin, 2010: Hal 13)
pada tahun 1961 Carl Goran Heden ahli mikrobiologi menerbitkan jurnal
ilmiah Biotechnology and Bioengineering, banyak mempublikasikan
hasil-hasil penelitiannya dalam jurnal tersebut yaitu mengenai pemenfaatan
jazad hidup dalam mengahasilkan berbagai bahan untuk kebutuhan manusia,
kemudian muncul definisi bioteknologi yang diartikan sebagai pemanfaatan jazad
hidup dalam industri untuk menghasilkan barang dan jasa. (Bioteknologi
Lingkungan Fahruddin, 2010: Hal 13)
Pada prinsipnya definisi tentang bioteknologi pada umumnya mengkaitkan
pada kegiatan mikroba, sistem dan proses biologi, dengan produksi barang dan
jasa atau yang mengkaitkan aktivitas biologis dengan proses tehnik dan produksi
dalam industri. Untuk lebih ringkasnya bioteknologi adalah ilmu terapan biologi
yang melibatkan disiplin ilmu mikrobiologi, biokimia, dan rekayasa genetika
untuk menghasilkan produk dan jasa. Organisme yang digunakan dalam bioteknologi
paling sering adalah mikroba seperti bakteri, kapang dan yeast (ragi).
(Fahruddin, 2010: Hal 13)
Bioteknologi, dari awal
penerapannya sampai dengan tahun 1857, disebut era bioteknologi non-mikrobiol. Karena pada masa itu belum
diketahui kalau fermentasi dilakukan oleh makhluk hidup. Produk lain dari
bioteknologi non-mikrobiol antara lain: anggur, bir, roti, keju, yoghurt, susu
masam, sake, dan sebagainya (Sutarno, 2000: 7.6).
Bioteknologi
dimensi baru (bioteknologi mikrobiol dimulai
sejak tahun 1957 setelah Louis Pasteur mengetahui kalau fermentasi, merupakan
proses yang dilakukan oleh makhluk hidup (Lee, 1983). Produk hasil fermentasi
bioteknologi era mikrobiol antara lain: tembakau, teh dan coklat yang
difermentasikan (Sutarno, 2000: 7.5).
Pada tahun 1920, proses fermentasi yang ditimbulkan
oleh mikroorganisme mulai digunakan untuk memproduksi zat-zat seperti aseton,
butanol, etanol dan gliserin. Feremtasi juga digunakan untuk memproduksi asam
laktat dan asam asetat (Apeldoorn,1981).
Setelah
Perang Dunia II, dihasilkan produk bioteknologi lain yaitu penisilin, dan
diikuti oleh peningkatan penelitian mikroorganisme lain yang juga dapat
menghasilkan antibiotik dan zat-zat lain seperti vitamin, steroid, enzim, dan
asam amino (Sutarno, 2000: 7.5).
Produksi
antibiotik membawa serta perbaikan di bidang teknologi fermentasi, karena dapat
menciptakan kondisi suci hama, dalam arti mampu mengendalikan lingkungan
fermentasi sedemikian rupa, sehingga dalam lingkungan fermentasi tidak ada
jenis mikroba lain selain mikroba yang digunakan untuk fermentasi itu. Dengan
demikian, mikroba tersebut dapat tumbuh subur dan menghasilkan antibiotik
secara optimum (Rehm, 1981).
Perkembangan
yang pesat di bidang biologi molekuler dan biologi seluler dalam beberapa
dasawarsa terakhir ini, sepenuhnya menjadi dasar ilmiah utama untuk
perkembangan teknologi mutakhir. Teknologi enzim dan rekayasa genetic
mengantarkan ke suatu bioteknologi dimensi baru, yang berkembang dengan sangat
pesat. Era ini kemudian disebut era
bioteknologi modern, sedangkan dua era sebelumnya sering disebut sebagai
era bioteknologi tradisional (Apeldoorn, 1981).
Penemuaan
rekayasa genetika melalui teknologi rekombinan DNA (deoxyribose nucleic acid =
asam deoksiribonukleat/ADN, yang terjadi pada tahun 1973 bertanggung jawab atas
terjdinya perkembangan bioteknologi yang demikian pesat. Teknik ini tidak hanya
memberikan harapan dapat disempurnakannya proses proses dan produk saat ini,
tetapi diharapkan juga mampu mengembangkan produk baru yang sebelumnya (dalam
bioteknologi tradisional) diperkirakan tidak mungkin dibuat dan memudahkan
realisasi proses-proses lain yang baru pula (Sutarno, 2000: 7.6).
Tidak perlu
diragukan bahwa teknologi rekombinan ADN merupakan penyebab utama ketenaran
bioteknologi pada saat ini. selain itu, harus ditekankan bahwa teknologi
rekombinan juga merupakan hal yang sangat penting untuk perkembangan aktivitas
dalam bidang lain yang esensial dan juga untuk perkembangan bioteknologi.
Subjek paling penting yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi rekombinan
ADN dalam bidang bokatalisator meliputi isolasi, imobilisasi dan stabilisasi
enzim, serta mobilisasi dan stabilisasi mikro organism sebagai makhluk dan
sebagai sel individual. Teknologi rekombinan ADN juga berpengaruh dalam bidang
imunologi, terutama dalam pembuatan antibodi monoklonal, dalam teknologi
fermentasi, dalam produksi, pengolahan limbah dan bioelektrokimia
(Sutarno,2000: 7.6).
Bioteknologi dibedakan menjadi bioteknologi konvesional dan
bioteknologi modern.
1.
Bioteknologi Tradisional
dan Konvesional
Aplikasi bioteknologi
secara tradisonil, yaitu bioteknologi yang belum mengenal adanya istilah
genetika dan kloning. Bioteknologi ini seperti yang telah dicontohkan di atas,
adalah berupa pemanfaatan mikroba dalam fermentasi, seleksi atau persilangan
tradisional dibidang pertanian dan peternakan untuk mencari bibit unggul.
Selain pemanfaatan mikroba dengan menghasilkan produk, bioteknologi tradisinal
juga termasuk dalam tehnik seleksi di bidang pertanian dan peternakan : yaitu
pemilihan sifat yang sesuai dengan keinginan manusia melalui hibridisasi
dengan tujuan memperbaiki keturunan
(Fahruddin, 2010: Hal 14).
Prinsip bioteknologi
konvensional pada dasarnya untuk pemenuhan kebutuhan dalam jumlah yang banyak
dengan menggunakan metode tebaru untuk mengembangkan produk (Fahruddin, 2010:
Hal 14).
2.
Bioteknologi Modern
Prinsip bioteknologi
modern lebih banyak menggunakan sumber genetik yakni DNA organism yang telah
dimanipulasi dan disebut rekayasa genitika. Bioteknologi modern juga disebut
bioteknologi generasi kedua, berkembang setelah perang Dunia Kedua dengan
memanfaatkan organisme hasil rekayasa genetika, agar proses pengubahan dapat
berlangsung secara lebih efiesien dan efekti. Secara sederhana rekayasa
genetika dapat diterangkan sebagai tehnik untuk menghasilkan molekul DNA yang
berisi gen baru sesuai yang diinginkan dengan mengubah atau menambah molekul
DNA pada gen (Fahruddin, 2010: Hal 15).
Prinsip dasar rekayasa
genitika sebagai berikut:
a)
DNA Rekombinan
Teknik DNA rrekombinan
dilakukan dengan pengubahan susunan DNA sehingga diperoleh susunan DNA baru
yang mampu mengekspresikan sifat-sifat yang diinginkan. Teknik ini digunakan
untuk menghasilkan organism transgenik. Proses DNA rekombinan ini meliputi
isolasi DNA, transplantasi gen atau DNA, dan memasukkan DNA ke dalam sel hidup
(Kusumawati, 2012: 171).
b)
Fusi Protoplasma
Fusi protoplasma disebut
juga teknologi hibrodoma yang dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari
jaringan yang sama atau dua sel dari organism yang berbeda dalam suatu medan
listrik. Teknik ini diguakan untuk menghasilkan organisme transgenik. Prinsip
dari fusi protoplasma adalah menggabungkan kedua isi sel dengan terlebih dahulu
menghilangkan dinding sel atau membrane sel dari kedua sel yang akan
digabungkan dalam suatu medan listrik. Teknik ini dapat dilakukan pada sel tumbuhan
maupun hewan (Kusumawati, 2012: 173).
c)
Kultur Jaringan
Kultur jaringan
merupakan teknik perbanyakan tanaman secra vegetative buatan yang didasarkan
pada sifat totipotensi tumbuhan. Prinsip kultur jaringan dalah menumbuhkan
jaringan maupun sel tumbuhan dalam suatu media buatan secara antiseptic. Dalam
teori tersebut dikatakan bahwa setiap sel tumbuhan mempunyai kemampuan untuk
tumbuh menjadi individu baru apabila sitempatkan pada lingkungan yang sesuai.
Sifat individu baru yang dihasilkan sama persis dengan sifat induknya
(Kusumawati, 2012: 173).
Bagian tumbuhan yang
ditumbuhkan dalam media kultur disebut eksplan. Eksplan yang sering digunakan
merupakan bagian tumbuhan yang memiliki sel-sel yang aktif membelah seperti
ujung akar dann ujung batang. Potongan bagian tumbuhan yang ditanam pada media
kultur akan tumbuh membentuk kalus. Kalus merupakan massa sel yang belum
terdiferensiasi. Kalus tersebut akan berkembang menjadi tanaman lengkap uyang
disebut plantlet (Kusumawati, 2012: 173).
Media kultur jaringan
yang digunakan biasanya berupa gar-agar yang ditambah dengan unsur hara dan
vitamin yang dibutuhankan oleh tumbuhan media tersebut juga dapat ditambah
dengan hormon pertumbuhan, misalnya auksin dan sitokinin. Auksin akan memicu
pertumbuhan akar, sedang sitokinin akan memicu pertumbuhan tunas. Komposisi
kultur jaringan tergantung pada spesies tumbuhan yang akan diperbanyak
(Kusumawati, 2012: 173).
d)
Kloning
Kloning atau
transplantasi atau pencangkokan nukleus digunakan untuk menghasilkan individu
yang secara genetic identik dengan induknya. Proses kloning dilakukan dengan
cara memasukkan inti sel donor ke dalam sel telur yang telah dihilangkan inti
selnya. Selanjutnya, sel telur tersebut diberi kejutan listrik atau zat kimia
untuk memacu pembelahan sel. Ketika klon embrio telah mencapai tahap yang
sesuai, embrio dimasukkan ke dalam rahim hewan betina lainnya yang sejenis.
Hewan tersebut selanjunya akan mengandung embrio yang ditanam dan melahirkan
anak hasil kloning. Contoh hewan hasil kloning adalah domba Dolly (Kusumawati,
2012: 174).
e)
Teknik Bayi Tabung
Teknik bayi tabung
bertujuan untuk membantu pasangan suami istri yang sulit memperoleh keturunan.
Pasangan suami istri tersebut sebenarnya mampu menghasilkan sel kelamin secara
normal. Namun, karena adanya faktor-faktor tertentu mengakibatkan proses
pembuahan tidak dapat menjadi misal tersumbatnya saluran telur (Kusumawati,
2012: 175).
Pembuahan yang dilakukan
pada teknik bayi tabung (fertilisasi in vitro) berada di luar tubuh
induk betina. Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk embrio. Embrio
kemudian ditanam (diimplantasi) pada rahim pendonor. Embrio tersebut
selanjutnya tumbuh menjadi anak yang siap dilahirkan (Kusumawati, 2012: 175).
1.
Bidang Pangan
Beberapa contoh bioteknologi tradisional di bidang
pangan misalnya, tempe dibuat dari kedelai menggunakan jamur Rhizopus,
tape dibuat dari ketela pohon dengan menggunakan Khamir Saccharomyces
cereviceae, keju dan yoghurt dibuat dari susu sapi dengan menggunakan
bakteri Lactobacillus. (Rachmawati, 2009: Hal 154)
2.
Bidang Pertanian dan Perternakan
Beberapa contoh aplikasi
bioteknologi modern dibidang pertanian sebagai berikut :
a.
Padi Transgenik
Teknologi DNA rekombinan
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman padi transgenik. Contoh tanaman
padi rojolele transgenik yang mampu mengekspresikan laktoferin dan tanaman padi
yang tahan terhadap cuaca dingin. Untuk mendapatkan tanaman padi yang tahan
terhadap cuaca dingin caranya dengan memasukkan gen tahan dingin dari hewan
yang hidup di tempat dingin ke dalam kromosom padi (Kusumawati, 2012: 179).
b.
Tembakau resistan
terhadap virus
Teknologi DNA rekombinan
juga dapat dimanfaatkan untuk memperoleh tanaman tembakau yang tahan tehadap
virus TMV (Tobacco Mozaic Virus). Teknologi tersebut dikembangkan oleh Beachy,
seorang ilmuan dari Universitas Washington (AS). Plasmid Ti digabung dengan gen
yang tahan terhadap penyakit TMV, kemudian dimasukkan ke dalam kromosom tembakau.
Kromosom tersebut kemudian diperbanyak melalui teknik kultur jaringan. Hasil
akhirnya adalah tanaman tembakau tahan terhadap infeksi virus TMV (Kusumawati,
2012: 179).
c.
Bunga Anti layu dan Buah Tahan Busuk
Hormon pertumbuahan yang
mengakibatkan bunga menjadi layu adalah etilen. Kelayuan pada bunga terjadi
akibat adanya gen yang sensitif pada mahkota bunga. Jika gen tersebut diganti
dengan gen yang kurang sensitif, kelayuan pada bunga dapat ditunda. Dengan
metode ini telah dikembangkan anyelir transgenik yang mampu bertahan segar
selama 3 minggu. Sementara itu, anyelir normal hanya mampu bertahan selama 3
hari saja (Kusumawati, 2012: 179).
Hormon etilen juga
merangsang pematangan buah. Jika aktivitas gen penghasil etilen dapat dihambat
melalui rekayasa genetika maka buah akan tetap segar dalam waktu lama.
Contohnya pada tomat Flavr Svr yang
tahan busuk (Kusumawati, 2012: 179).
d.
Tanaman Kapas Anti serangga
Tanaman kapas trasngenik
antiserangga diperoleh dengan memasukkan gen delta endotioksin Bacillus thuringiensis kedalam tanaman
kapas melalui teknik DNA rekombinan. Selanjutnya, tanaman tersebut akan
memproduksi protein delta endotoksin. Protein ini akan bereaksi dengan enzim
yang diproduksi oleh lambung serangga. Reaksi ini mengubah enzim tersebut menjadi
racun. Dengan demikian, serangga yang memakan tanaman tersebut akan mengalami
keracunan kemudian mati (Kusumawati, 2012: 179).
Adapun contoh pemanfaatan
bioteknologi dalam bidang peternakan di antaranya sebagai berikut:
1)
Sapi Perah dengan Hormon
Manusia Teknologi DNA rekombinan mampu menyisipkan gen laktoferin pada manusia
yang memproduksi HLF (Human Lactoferin) pada sapi perah. Dengan penyisipan ini
akan dihasilkan sapi yang mampu memproduksi susu yang mengandung laktoferin.
Contohnya sapi Herman (Kusumawati, 2012: 180).
2)
Bovin Somatotropin (BST)
Teknologi ini dilakukan dengan menyisipkan gen
somatotropin sapi pada plasmid. Escherichia coli untuk menghasilkan BST. BST
yang ditambahkan pada makanan ternak dapat meningkatkan produksi daging dan
susu ternak (Kusumawati, 2012: 180).
3.
Bidang Kedokteran
a.
Antibiotik
Pembuatan antibiotik
termaksud penerapan bioteknologi konvensional. Antibiotik adalah senyawa yang
dihasilkan oleh mikroorganisme yang dimanfaatkan sebagai penghasil antibiotik
di antaranya sebagai berikut:
1)
Jamur Cephalosporium sp. Menghasilkan antibiotik
sefalosporin untuk membunuh bakteri yang kebal terhadap antibiotik penisilin.
2)
Bakteri Streptomyces griseus menghasilkan
antibiotik streptomisin untuk membunuh bakteri yang kebal terhadap antibiotik
penisilin dan sefalosporin.
3)
Bakteri Penicillium notatum dan Penicillium chrysogenum menghasilkan
antibiotik penisilin untuk melawan infeksi yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus (Kusumawati, 2012: 180)
b.
Insulin
Insulin merupakan hormon
yang diproduksi oleh kelenjar pancreas dan berfungsi mengatur kadar gula dalam
darah. Melalui teknik rekayasa genitika, insulin dapat diproduksi dalam jumlah
banyak. Produksi insulin dibuat dengan mencangkokkan gen yang mengkode insulin
ke dalam plasmid bakteri. Bakteri dengan DNA rekombinan ini kemudian membelah diri.
Bakteri ini selanjutnya akan memproduksi insulin yang dibutuhkan. Penyakit yang
disebabkan oleh kekurangan insulin disebut diabetes mellitus. Penyakit ini
dapat diatasi dengan memberikan insulin ke dalam tubuh. Oleh karena itu,
insulin diperoleh dengan mengambil kelenjar pancreas dari hewan untuk keperluan
pengobatan diabetes melitus (Kusumawati, 2012: 180).
c.
Vaksin Transgenik
Vaksin adalah siapan
antigen yang dimasukkan ke dalam tubuh untuk memicu terbentuknya sistem
kekebalan tubuh. Pembuatan vaksin dilakukan melalui teknik DNA rekombinan
dengan mengisolasi gen yang mengkode senyawa penyebab penyakit (antigen) dari
mikrobia yang bersangkutan. Gen tersebut kemudian disisipkan pada plasmid
mikrobia yang telah dilemahkan sehingga mikrobia ini menjadi tidak berbahaya
karena telah dihilangkan bagian yang menimbulkan penyakit, misal lapisan
lendirnya. Mikrobia yang disisipi gen tersebut akan membentuk antigen murni.
Mikrobia ini dapat dibiakkan dalam media kultur sehingga terbentuk antigen
murni dalam jumlah yang banyak. Apabila antigen ini disuntikkan kepada manusia,
sistem kekebalan tubuh akan membentuk antibody yang berfungasi melawan antigen
yang masuk ke dalam tubuh (Kusumawati, 2012: 181).
d. Antibodi Monoklonal
Bioteknologi pembuatan antibody monoclonal menggunkan prinsip fusi
protoplasma. Fusi protoplasma dilakukan dengan menggabungkan dua sel dari
jaringan yang sama atau dari dua sel dari organism yang berbeda dalam suatu
medan listrik. Fusi tersebut menghasilkan sel-sel yang dapat menghasilkan antibodi
sekaligus memperbanyak diri secara terus-menerus seperti sel kanker yang
dinamakan antibodi monoklonal (Kusumawati, 2012: 182).
Pembuatan antibodi monoklonal dapat dijelaskan sebgai berikut. Kelinci
atau tikus terlebih dahulu disuntik dengan antigen kemudian diambil limpanya
(temat pembuatan limposit B). Sel-sel limfosit B inin kemudian didifusikan
dengan sel myeloma (sel kanker) melalui elektrofusi. Elektofusi adalah fusi
secara elektris dengan frekuensi tinggi yang mengakibatkan sel-sel tertarik
satu sama lain dan akhirnya bergabung. Sel-sel hasil fusi kemudian diseleksi
untuk diidentifikasi. Sel-sel yang telah diseleksi kemudian diinjeksi ke tubuh
hewan. Dalam tubuh hewan, sel-sel gabungan tersebut akan membentuk antibodi.
Sel gabungan tersebut juga dapat dibiakkan
di dalam media kultur sehingga menghasilkan antibodi dalam jumlah banyak
(Kusumawati, 2012: 182).
Antibodi monoklonal dapat
digunakan untuk mendeteksi kandungan hormon korionik gonadotropin dalam urine
wanita hamil. Dengan demikian, antibodi monoklonal dapat digunakan untuk
mengetahui adanya kehamilan. Antibodi monoklonal juga dimanfaatkan untuk
deteksi dini dan membunuh sel kanker (Kusumawati, 2012: 182).
e. Terapi Gen pada Penderita Fibrosis Sistik
Penderita fibrosis sistik mengalami kesulitan bernafas karena paru-paru
terisi lender. Hal ini disebabkan mutasi gen yang mengakibatkan tidak
terbentuknya alfa-1-antitripsin (ATT). Untuk mengatasi masalah tersebut
dilakukan terapi gen untuk memperbaiki atau mengganti gen-gen penyebab penyakit.
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengisolasi gen yang mengkode ATT
dari orang sehat untuk dimasukkan ke dalam DNA virus. Selanjutnya, virus
tersebut diidentifikasi pada paru-paru pasien. Virus akan mentransfer gen
pengode ATT yang dibawa dalam sel paru-paru pasien. Dengan demikia, sel
paru-paru pasien dapat membuat protein ATT dan pasien dapat bernapas dengan
lebih normal (Kusumawati, 2012: 183) .
4.
Bidang Lingkungan
Aplikasi bioteknologi di bidang lingkungan digunakan untuk menangani pencemaran lingkungan. Pada proses pemurnian logam. Bahan-bahan
tambang yang diperoleh umumnya masih terikat dengan bijihnya (kotoran). Untuk
itu diperlukan bahan kimia untuk memurnikannya. Namun, bahan-bahan kimia
tersebut ternyata kurang efektif dalam memisahkan logam dari bijihnya sehingga
banyak sisa bahan tambang yang kemudian dibuang sebagai limbah. Dengan
menggunkan bakteri Thlobacillus
ferrooxidans, berbagai jenis logam dapat diambi dari cairan sisa
penambangan. Bakteri ini mampu mengoksidasi belerang yang mengikat berbagai
logam seperti tembaga, seng, dan uranium membentuk logam sulfida. Bakteri tidak
memanfaatkan logam-logam tersebut sehingga natinya logam akan dilepas ke air
dan dimanfaatkan oleh manusia. Dengan demikian, pencemaran lingkungan akibat
limbah penambangan dapat dikurangi dengan memanfaatkan peran mikroorganisme
(Kusumawati, 2012: 183).
Bioteknologi juga diterapkan
untuk mengatasi pencemaran akibat tumpahan minyak di laut. Tumpahan minyak
tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut mampu menguraikan ikatan
hidrokarbon pada minyak bumi (Kusumawati, 2012: 183).
1. Dampak Positif
Bioteknologi dapat mengatasi kekurangan bahan makanan
(protein dan vitamin). Dengan bioteknologi, bahan makanan dapat diproduksi
secara lebih cepat tanpa memerlukan ruangan yang luas (misal PST).
a. Membantu mengatasi masalah
kesehatan dengan menyediakan obat-obatan untuk memberantas penyakit secara
lebih murah.
b. Menyediakan berbagai senyawa
organik seperti alkohol, asam asetat, gula, bahan makanan, protein, vitamin.
c. Menyediakan energi, misalnya
biogas.
d. Memperbaiki lingkungan (misal
bakteri pencerna limbah)
e. Mengatasi kesulitan memperoleh
keturunan (bayi tabung)
2. Dampak Negatif
e. Dampak pada
Bidang Kesehatan
Produk rekayasa di bidang kesehatan ini memang sudah ada
yang menimbulkan berbagai masalah yang serius. Contohnya adalah penggunaan
insulin hasil rekayasa telah menyebabkan tigapuluh satu orang mendinggal di
negara inggris. Tomat Flavr Savr diketahuo mengandung gen resisten terhadap
antibiotik. Susu sapi yang disuntik dengan hormon BGH diduga mengandung bahan
kimia yang baru yang mempunyai potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.
f. Dampak pada
Bidang Sosial Ekonomi
Produk dari bioteknologi dapat merugikan petani kecil.
Penggunaan hormon pertumbuhan sapi (Bovine Growth Hormone) atau BGH dapat
meningkatkan produk susu dari sapi sampai 20 % hal tersebut akan menggusur
peternak yang kecil. Untuk itu , biotrknologi juga bisa menimbulkan kesenjangan
ekonomi.
g. Dampak
Bioteknologi terhadap lingkungan
Bioteknologi menimbulkan penyakit pada manusia, hewan
maupun tumbuhan, dan masalah bioteknologi terhadap lingkungan yakni mengganggu
ekosistem, terjadinya transfer sifat genetis batu ke spesies lainnya, penurunan
terhadap keragaman genetis, serta kemungkinan timbulnya serangga hama yang
baru.
h. Dampak
Bioteknologi terhadap Etika
Menyisipkan sebuah gen makhluk hidup lain memiliki dampak
etika yang serius. Menyisipkan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat
dianggap melangar hukum alam dan sulit diterima masyarakat. Mayoritas
orang dari negara America berpendapat bahwa prmindahan gen itu tidaklah etis,
90% menentang pemindahan gen manusia ke hewan, 75% menentang pemindahan gen
hewan ke hewan yang lain.
Bahan pangan transgenik yang tidak berlabel juga membawa
konseksual bagi penganut agama tertentu. Penerapan hak paten pada sebuah
makhluk hidup hasil rekayasa merupaan pemberian gak pribadi atas makhluk hidup.
Hal tersebut sangat bertentagan dengan berbagai nilai nilai budaya yang
menghargai nilai intrinik makhluk hidup.
|
2 sistem pernafasan
|
rr
|
3. Sistem imun
11. evolusi
|
Bioteknologi
DAFTAR PUSTAKA
Faidah Rachmawati, Nurul Urifah, dan Ari
Wijayati. 2009. Jakarta: Ricardo Publishing and Printing
Fahruddin. 2010. Bioteknologi
Lingkungan. Bandung: Alfabeta.
Rohana Kusumawati, Muhammad Luthfi Hidayat.
2012. Klaten: Intan Pariwara.
Sutarno, Nono. 2000. Biologi Lanjutan
Umum II. Jakarta: Universitas Terbuka.
http://www.bin.go.id/awas/detil/353/4/29/05/2015/waspadai-beras-plastik-beredar-di-sekitar-kita#sthash.E0PZG6dv.dpuf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar